Inflasi RI Melandai, Bagaimana Dampaknya bagi Nilai Tukar Rupiah?
Inflasi RI Melandai, Bagaimana Dampaknya bagi Nilai Tukar Rupiah?
Inflasi RI dan Nilai Tukar Rupiah, Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam suatu periode waktu. Inflasi dapat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi, salah satunya adalah nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang adalah perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Nilai tukar mata uang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada bulan Desember 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia sebesar 2,61% secara tahunan (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan November 2023 yang sebesar 2,86% yoy. Inflasi ini merupakan inflasi terendah sepanjang 20 tahun terakhir. Penurunan laju inflasi ini dipicu oleh tren melemahnya inflasi inti, yaitu inflasi yang tidak dipengaruhi oleh harga pangan dan energi. Inflasi inti tahunan pada Desember 2023 sebesar 1,80% yoy, lebih rendah dari inflasi inti November 2023 yang sebesar 1,90% yoy.
Bagaimana dampak dari melandainya inflasi RI terhadap nilai tukar rupiah? Apakah rupiah akan menguat atau melemah? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah? Bagaimana prospek rupiah di tahun 2024? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui jawabannya.
Dampak Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah
Secara teori, inflasi memiliki hubungan negatif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin tinggi inflasi suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena inflasi menurunkan daya beli mata uang, sehingga mengurangi permintaan terhadap mata uang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah inflasi suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena inflasi meningkatkan daya beli mata uang, sehingga meningkatkan permintaan terhadap mata uang tersebut.
Namun, hubungan antara inflasi dan nilai tukar mata uang tidak selalu berlaku secara langsung. Ada banyak faktor lain yang juga mempengaruhi nilai tukar mata uang, seperti suku bunga, pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, kebijakan moneter, kondisi politik, dan sentimen pasar. Oleh karena itu, perlu melihat secara komprehensif dan dinamis bagaimana dampak inflasi terhadap nilai tukar rupiah.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Rupiah
Inflasi RI dan Nilai Tukar Rupiah Selain inflasi, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi pergerakan rupiah, baik dari sisi domestik maupun global. Berikut adalah beberapa faktor tersebut:
- Suku bunga: Suku bunga memiliki hubungan positif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin tinggi suku bunga suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena suku bunga menunjukkan tingkat imbal hasil investasi di negara tersebut, sehingga menarik aliran modal masuk (capital inflow) ke negara tersebut. Sebaliknya, semakin rendah suku bunga suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena suku bunga menunjukkan tingkat imbal hasil investasi di negara tersebut, sehingga mengurangi aliran modal masuk ke negara tersebut.
- Pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja dan prospek ekonomi negara tersebut, sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap negara tersebut. Sebaliknya, semakin rendah pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja dan prospek ekonomi negara tersebut, sehingga menurunkan kepercayaan investor terhadap negara tersebut.
- Neraca perdagangan: Neraca perdagangan memiliki hubungan positif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin surplus neraca perdagangan suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena surplus neraca perdagangan menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki lebih banyak penerimaan devisa dari ekspor daripada pengeluaran devisa untuk impor, sehingga meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut. Sebaliknya, semakin defisit neraca perdagangan suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena defisit neraca perdagangan menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki lebih banyak pengeluaran devisa untuk impor daripada penerimaan devisa dari ekspor, sehingga menurunkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut.
- Kebijakan moneter: Kebijakan moneter memiliki hubungan positif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin ketat kebijakan moneter suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena kebijakan moneter yang ketat menunjukkan bahwa otoritas moneter negara tersebut berupaya menjaga stabilitas harga dan nilai tukar, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar terhadap mata uang negara tersebut. Sebaliknya, semakin longgar kebijakan moneter suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena kebijakan moneter yang longgar menunjukkan bahwa otoritas moneter negara tersebut berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan stabilitas harga dan nilai tukar, sehingga menurunkan kepercayaan pasar terhadap mata uang negara tersebut.
- Kondisi politik: Kondisi politik memiliki hubungan positif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin stabil kondisi politik suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena kondisi politik yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki pemerintahan yang efektif dan demokratis, sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap negara tersebut. Sebaliknya, semakin tidak stabil kondisi politik suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena kondisi politik yang tidak stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki pemerintahan yang lemah dan korup, sehingga menurunkan kepercayaan investor terhadap negara tersebut.
- Sentimen pasar: Sentimen pasar memiliki hubungan positif dengan nilai tukar mata uang. Artinya, semakin positif sentimen pasar terhadap suatu negara, semakin tinggi nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata
- uang negara lain. Hal ini karena sentimen pasar menunjukkan ekspektasi dan preferensi investor terhadap suatu negara, sehingga meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut. Sebaliknya, semakin negatif sentimen pasar terhadap suatu negara, semakin rendah nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. Hal ini karena sentimen pasar menunjukkan ketidakpastian dan ketakutan investor terhadap suatu negara, sehingga menurunkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut.
Pergerakan Rupiah di Tahun 2023
Inflasi RI dan Nilai Tukar Rupiah, Berdasarkan data dari Bank Indonesia, rupiah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan sepanjang tahun 2023. Pada awal tahun, rupiah berada di level Rp 13.900 per dolar AS, namun sempat melemah hingga Rp 14.500 per dolar AS pada bulan Maret, seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia dan dunia. Namun, rupiah berhasil rebound hingga Rp 13.600 per dolar AS pada bulan Juni, seiring dengan membaiknya prospek vaksinasi dan pemulihan ekonomi global. Pada semester kedua, rupiah kembali tertekan hingga Rp 14.300 per dolar AS pada bulan September, seiring dengan eskalasi ketegangan geopolitik antara AS dan China, serta kebijakan tapering The Fed yang diumumkan pada bulan Agustus. Namun, rupiah kembali menguat hingga Rp 13.800 per dolar AS pada akhir tahun, seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,3% yoy pada kuartal IV 2023.
Prospek Rupiah di Tahun 2024
Untuk tahun 2024, rupiah diperkirakan akan mengalami pergerakan yang lebih stabil, dengan rentang Rp 13.500 – Rp 14.000 per dolar AS. Hal ini didasarkan pada beberapa faktor, antara lain:
Inflasi yang rendah dan stabil, yang mencerminkan stabilitas harga dan daya beli rupiah. Bank Indonesia memproyeksikan inflasi IHK Indonesia pada tahun 2024 sebesar 2,5% – 3,5% yoy, yang masih berada dalam kisaran target inflasi 3% ± 1% yoy.
- Suku bunga yang kompetitif dan fleksibel, yang mencerminkan keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia memproyeksikan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate pada tahun 2024 sebesar 3,5% – 4,5%, yang masih berada dalam kisaran optimal untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendorong pemulihan ekonomi.
- Pertumbuhan ekonomi yang solid dan berkelanjutan, yang mencerminkan kinerja dan prospek ekonomi Indonesia yang positif. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 sebesar 5,5% – 6,0% yoy, yang didukung oleh peningkatan konsumsi domestik, investasi, ekspor, dan stimulus fiskal.
- Neraca perdagangan yang surplus dan berimbang, yang mencerminkan kesehatan dan diversifikasi ekonomi Indonesia. Bank Indonesia memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2024 sebesar USD 15 miliar, yang didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama produk manufaktur, pertanian, dan jasa, serta pengendalian impor, terutama bahan baku dan barang modal.
- Kebijakan moneter yang prudent dan koordinatif, yang mencerminkan komitmen dan sinergi Bank Indonesia dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia akan terus menerapkan kebijakan moneter yang akomodatif, namun tetap berhati-hati terhadap risiko-risiko global dan domestik, serta berkoordinasi dengan pemerintah dalam menjalankan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
- Kondisi politik yang stabil dan kondusif, yang mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas sosial dan keamanan nasional. Pemerintah akan terus melakukan reformasi struktural, penguatan demokrasi, penegakan hukum, dan pemberantasan korupsi, serta mengantisipasi potensi konflik dan terorisme.
- Sentimen pasar yang positif dan optimis, yang mencerminkan kepercayaan dan preferensi investor terhadap Indonesia. Investor akan terus melihat Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang menarik untuk berinvestasi, karena memiliki potensi pasar yang besar, sumber daya yang melimpah, tenaga kerja yang produktif, dan iklim usaha yang ramah.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inflasi RI yang melandai pada tahun 2023 memiliki dampak positif bagi nilai tukar rupiah, karena menunjukkan stabilitas harga dan daya beli rupiah. Namun, inflasi bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah, karena ada banyak faktor lain yang juga berpengaruh, baik dari sisi domestik maupun global. Oleh karena itu, perlu melihat secara komprehensif dan dinamis bagaimana pergerakan rupiah sepanjang tahun 2023, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suku bunga, pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, kebijakan moneter, kondisi politik, dan sentimen pasar. Untuk tahun 2024, rupiah diperkirakan akan mengalami pergerakan yang lebih stabil, dengan rentang Rp 13.500 – Rp 14.000 per dolar AS, didasarkan pada beberapa faktor yang mendukung, seperti inflasi yang rendah dan stabil, suku bunga yang kompetitif dan fleksibel, pertumbuhan ekonomi yang solid dan berkelanjutan, neraca perdagangan yang surplus dan berimbang, kebijakan moneter yang prudent dan koordinatif, kondisi politik yang stabil dan kondusif, dan sentimen pasar yang positif dan optimis.